Awal tahun 2020, udara di seluruh kota terasa sejuk. Jalanan masih meninggalkan sisa air hujan kemarin malam, sedikit becek. Cuaca mendung membuat raga ingin menikmati sendunya langit. Beberapa hari lalu, Jakarta mengalami banjir akibat curah hujan yang tinggi. Tidak heran, bencana ini rutin datang di kota tersebut.
7 Januari 2020, aku dan kedua temanku berangkat menuju Bandara Soekarno-Hatta menggunakan Damri dari Bogor. Oca, begitulah nama panggilanku sehari-hari. Aku, Intan dan Nada akan melancong ke negara tetangga untuk comparative study atau studi banding. Kami berasal dari sekolah yang sama yaitu Sekolah Bisnis IPB. Terdengar seperti sekolah tapi sebenarnya ini adalah universitas. Dua jam perjalanan dari damri ke bandara terasa cepat berlalu karena kami sangat excited. Bagaimana tidak, ini adalah liburan pertama kami ke luar negeri bertiga untuk refreshing menghilangkan penat di kepala setelah padatnya jadwal kuliah beserta tugasnya.
Sesampainya di bandara, kami menyewa pocket wifi yang disediakan oleh traveloka. Menurut kami, pocket wifi ini lebih hemat dibandingkan dengan membeli sim card atau kuota luar negeri (roaming). Hal ini karena wifi memiliki kuota unlimited yang dapat digunakan sampai kapanpun ditambah kami memakainya bertiga sehingga bisa patungan dan jatuhnya lebih murah. Setelah keliling untuk menemukan alfamart (tempat menyewa wifi) kami pun ke titik temu antara panitia dan para peserta comparative study. Comparative study ini diselenggarakan oleh Student Backpacker (Studback) dan Global Youth Action. Biaya program ini sebesar Rp 5 juta sudah termasuk PP pesawat, biaya makan 3 kali sehari, transportasi, masuk tempat wisata, dan merchandise. Menurut kami harga tersebut affordable jika dilihat dari benefit yang didapat dimana biasanya agen travel lain menaruh harga yang sedikit lebih mahal namun benefit yang ditawarkan tidak sebanyak Studback. Kedua temanku ikut studi ini dengan dana pribadi, sementara aku menggunakan dana pribadi + subsidi dari orangtua😉.
Setelah bertemu dengan panitia dan panitia lainnya, kami diabsen, diberi arahan mengenai peraturan ke negara tetangga, pemberian name tag, merchandise, dan check in. Saat menunggu check in, aku kebingungan dengan berat koper karena jika beratnya lebih dari 7 kg harus masuk bagasi, sementara aku belum beli bagasi. Di saat seperti itu, terpikirkan untuk mengukur berat di tempat check in yang tutup. Tapi sepertinya alat ukur tersebut tidak berfungsi dengan baik. Aku pun kembali menunggu antrian check in. Saat mengantri, kami bertemu dengan salah seorang teman yang mengikuti program ini. Namanya Yasmin biasa dipanggil Jek, dia seusia kami, memakai jilbab, dan berasal dari Bandung. Ia merupakan mahasiswa Universitas Padjajaran dan sedang magang di salah satu perusahaan. Kami bertukar cerita sampai akhirnya Yasmin memberitahu bahwa ia membeli bagasi dan menawarkan untuk sharing bagasi. Aku dengan senang hati menerima tawaran tersebut dengan membayar setengahnya.
Bismillah otw ol!! |
Waktu menunjukkan pukul 20:20 pesawat kami take off dengan tepat waktu. Selama di pesawat aku tidak bisa tidur seperti kebanyakan penumpang. Hal ini dikarenakan aku kepikiran kalau terjadi hal yang tidak diinginkan *naudzubillah*.
Matahri memancarkan sinarnya dari jendela bus. Suara panitia membangunkanku dari tidur. Panitia mengingatkan bahwa kami akan melewati sungai yang menghubungkan Malaysia-Singapura. Kami diperingati untuk selalu berhati-hati akan bawaan kami, mulai dari paspor yang harus dijaga dan pastinya tidak boleh tertinggal, dompet, bahkan teman kami pun harus bersama kami. Kami juga diperingati bahwa Singapura merupakan negara yang bersih dan tertib. Peraturan di Singapura sangat ketat seperti tidak boleh buang sampah sembarangan, meludah, makan permen karet, merokok di sembarang tempat, dan lain-lain. Ada denda jika kami melanggar peraturan tersebut, seperti membayar 300 SGD jika buang sampah sembarangan.
Tuas Second Link |