Senin, 07 Desember 2020

Refreshing with Learning

    Awal tahun 2020, udara di seluruh kota terasa sejuk. Jalanan masih meninggalkan sisa air hujan kemarin malam, sedikit becek. Cuaca mendung membuat raga ingin menikmati sendunya langit. Beberapa hari lalu, Jakarta mengalami banjir akibat curah hujan yang tinggi. Tidak heran, bencana ini rutin datang di kota tersebut. 

    7 Januari 2020, aku dan kedua temanku berangkat menuju Bandara Soekarno-Hatta menggunakan Damri dari Bogor.  Oca, begitulah nama panggilanku sehari-hari. Aku, Intan dan Nada akan melancong ke negara tetangga untuk comparative study atau studi banding. Kami berasal dari sekolah yang sama yaitu Sekolah Bisnis IPB. Terdengar seperti sekolah tapi sebenarnya ini adalah universitas. Dua jam perjalanan dari damri ke bandara terasa cepat berlalu karena kami sangat excited. Bagaimana tidak, ini adalah liburan pertama kami ke luar negeri bertiga untuk refreshing menghilangkan penat di kepala setelah padatnya jadwal kuliah beserta tugasnya. 

    Sesampainya di bandara, kami menyewa pocket wifi yang disediakan oleh traveloka. Menurut kami, pocket wifi ini lebih hemat dibandingkan dengan membeli sim card atau kuota luar negeri (roaming). Hal ini karena wifi memiliki kuota unlimited yang dapat digunakan sampai kapanpun ditambah kami memakainya bertiga sehingga bisa patungan dan jatuhnya lebih murah. Setelah keliling untuk menemukan alfamart (tempat menyewa wifi) kami pun ke titik temu antara panitia dan para peserta comparative study. Comparative study ini diselenggarakan oleh Student Backpacker (Studback) dan Global Youth Action. Biaya program ini sebesar Rp 5 juta sudah termasuk PP pesawat, biaya makan 3 kali sehari, transportasi, masuk tempat wisata, dan merchandise. Menurut kami harga tersebut affordable jika dilihat dari benefit yang didapat dimana biasanya agen travel lain menaruh harga yang sedikit lebih mahal namun benefit yang ditawarkan tidak sebanyak Studback. Kedua temanku ikut studi ini dengan dana pribadi, sementara aku menggunakan dana pribadi + subsidi dari orangtua😉. 

    Setelah bertemu dengan panitia dan panitia lainnya, kami diabsen, diberi arahan mengenai peraturan ke negara tetangga, pemberian name tagmerchandise, dan check in. Saat menunggu check in, aku kebingungan dengan berat koper karena jika beratnya lebih dari 7 kg harus masuk bagasi, sementara aku belum beli bagasi. Di saat seperti itu, terpikirkan untuk mengukur berat di tempat check in yang tutup. Tapi sepertinya alat ukur tersebut tidak berfungsi dengan baik. Aku pun kembali menunggu antrian check in. Saat mengantri, kami bertemu dengan salah seorang teman yang mengikuti program ini. Namanya Yasmin biasa dipanggil Jek, dia seusia kami, memakai jilbab, dan berasal dari Bandung. Ia merupakan mahasiswa Universitas Padjajaran dan sedang magang di salah satu perusahaan. Kami bertukar cerita sampai akhirnya Yasmin memberitahu bahwa ia membeli bagasi dan menawarkan untuk sharing bagasi. Aku dengan senang hati menerima tawaran tersebut dengan membayar setengahnya. 

Bismillah otw ol!!

    Waktu menunjukkan pukul 20:20 pesawat kami take off dengan tepat waktu. Selama di pesawat aku tidak bisa tidur seperti kebanyakan penumpang. Hal ini dikarenakan aku kepikiran kalau terjadi hal yang tidak diinginkan *naudzubillah*. 
   Kami tiba di Kuala Lumpur International Airport (KLIA) pukul 23.00 waktu Malaysia. Setibanya di Bandara aku dan teman-teman menunggu koper dan antri di migrasi Malaysia. Malam itu harusnya aku mengantuk karena belum tidur selama perjalanan, tapi aku tidak merasa demikian. Aku dan teman-teman begitu excited karena ini pertama kalinya kami ke Malaysia. Setelah antri di migrasi, hal pertama yang kami rencanakan adalah menukar uang dari rupiah ke ringgit. Teman-temanku merasa lapar namun kami tidak ada yang punya uang ringgit. Kami pun menukar uang di money exchange bandara. Sebelum menukar uang, hal lain yang kami pikirkan adalah bahasanya. Aku dan teman-teman searching di google translate bagaimana berbicara bahasa Malaysia dan mulai menirukan logat Malaysia. Lucu banget! Rasanya seperti menjadi upinipin hahaha. Setelah berlatih kami mulai menukar uang satu per satu. Bapak yang bekerja di money exchange memandu kami dengan sangat baik, karena mungkin melihat kami kebingunan. Belum sempat membeli makanan, kami sudah dipanggil panitia untuk berkumpul dan di absen. Kami pun menuju bis 2 yang akan kami naiki selama program di 3 negara ini. Bis kami dipandu oleh panitia dan Pak Cik yang merupakan tour guide asli Malaysia.
Bus kita hyung

    Waktu subuh telah tiba. Kami sudah tiba di rest area Malaysia untuk mandi, sholat, dan sarapan karena akan ke Singapura. Aku dan teman-teman menurunkan koper untuk mengambil pakaian yang akan dikenakan, kemudian kammi mandi. Kamar mandi di rest area ini tidak sebersih kamar mandi di rest area tol-tol Indonesia. Tapi tidak ada pilihan lain, mandi dengan pencahayaan redup, sedikit kotor, dan dengan air seadanya (bukan shower) atau tidak mandi sama sekali😶. setelah mandi, peserta sholat, dan makan. Ada sebuah toko/ warteg yang dibuka khusus untuk peserta. Disana menyediakan berbagai macam lauk, ada telor, ayam, sayur, dan lain-lain. Nasinya boleh milih antara nasi lemak dan nasi putih, kemudian disediakan juga teh manis hangat yang bisa diambil sesuka hati. Aku dan teman-teman memilih nasi lemak karena nasi ini khas Malaysia. Aku pernah mencoba nasi ini di Indonesia dan saat mencoba langsung dari negaranya, aku rasa nasi putih masih jauh lebih enak.

    Matahri memancarkan sinarnya dari jendela bus. Suara panitia membangunkanku dari tidur. Panitia mengingatkan bahwa kami akan melewati sungai yang menghubungkan Malaysia-Singapura. Kami diperingati untuk selalu berhati-hati akan bawaan kami, mulai dari paspor yang harus dijaga dan pastinya tidak boleh tertinggal, dompet, bahkan teman kami pun harus bersama kami. Kami juga diperingati bahwa Singapura merupakan negara yang bersih dan tertib. Peraturan di Singapura sangat ketat seperti tidak boleh buang sampah sembarangan, meludah, makan permen karet, merokok di sembarang tempat, dan lain-lain. Ada denda jika kami melanggar peraturan tersebut, seperti membayar 300 SGD jika buang sampah sembarangan.
    Laut biru menampakkan pulau Singapura. Aku tidak sabar untuk melihat keindahan Singapura yang merupakan kota paling bersih di Asia.
Tuas Second Link

    Sesampainya di Singapura, kami bergegas untuk menurunkan barang bawaan kami seperti koper untuk di migrasi. Kantor migrasi Singapur ini lebih ketat dibandingkan Malaysia, kami disuruh antri dengan rapi. Setelah selesai, kami melanjutkan perjalanan menuju Nanyang Technological University (NTU) yang merupakan salah satu kampus terbaik di Asia.


-to be continued-



Refreshing with Learning

      Awal tahun 2020, udara di seluruh kota terasa sejuk. Jalanan masih meninggalkan sisa air hujan kemarin malam, sedikit becek. Cuaca men...